Minggu, 17 Maret 2013

Melirik Peluang Bisnis Budidaya Zaitun




KOMPAS.com  - Usaha budidaya zaitun rupanya cukup menjanjikan. Permintaannya juga lumayan. Sejauh ini, penyuka zaitun di Indonesia baru menjadikan zaitun sebatas ornamen atau penghias ruangan. Dengan harga bibit mulai Rp 300.000-Rp 700.000, pembudidaya bisa meraup omzet hingga puluhan juta.

Zaitun (Olea europaea) merupakan tanaman asli Timur Tengah dan Afrika Selatan. Tanaman ini memiliki banyak manfaat buat kehidupan manusia.

Manfaat utama tanaman ini didapat dari buahnya. Buah zaitun yang sudah tua bisa menghasilkan minyak yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, mulai dari kesehatan sampai produk-produk kecantikan.

Maka, tidak heran jika tanaman mediterania ini menjadi sangat populer, termasuk di Indonesia. Salah seorang pembudidaya tanaman zaitun di Indonesia adalah Parta Suhanda di Bogor, Jawa Barat.

Sejak lima tahun terakhir, ia fokus membudidayakan bibit pohon zaitun. Ia tertarik membudidayakan tanaman ini karena permintaan pohon zaitun di Indonesia cukup tinggi. "Sementara pasokan sedikit," kata Parta.

Budidaya tanaman zaitun ini ditekuninya di bawah bendera usaha Angel Nurserry. Selain memasok para pedagang tanaman hias, ia juga menjual bibit zaitun langsung ke konsumen.

Sebagian besarnya pelanggan berasal dari Bogor dan Jakarta. Ia mengaku, sering kewalahan melayani permintaan, terutama dari para pedagang tanaman. "Ada pedagang yang memesan sekitar 100 pohon dalam sebulan, tapi kami tidak bisa penuhi," bebernya.

Parta bilang, ia harus hati-hati membudidayakan zaitun lantaran tanaman ini sensitif terhadap perubahan tempat, dan bisa mati kalau akarnya belum cukup kuat. Makanya, ia membatasi jumlah tanaman yang dibudidayakannya.

Sebagai tanaman yang tumbuh di daerah panas, zaitun sangat menyukai cuaca panas. Saat musim panas ini, Patra bisa menjual lebih 100 pohon per bulan.

Dengan harga jual bibit Rp 300.000-Rp 500.000 per batang, ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta per bulan. Namun, bila sedang musim hujan, omzetnya bisa anjlok.

Soalnya, penjualannya di bulan-bulan itu paling hanya sekitar 30 bibit-50 bibit per bulan. Parta bilang, penjualan menurun lantaran banyak bibit yang mati.

Usaha budidaya pohon zaitun juga ditekuni Steve Stanley di Semarang, Jawa Tengah. Ia terjun ke usaha ini sejak tahun 2010. Ia fokus menjual bibit zaitun yang tingginya sekitar 30 cm. "Tanaman ini lama pertumbuhannya," ujarnya.

Sejauh ini, kata Steve, pohon zaitun masih sebatas sebagai ornamen atau penghias ruangan rumah. Beberapa jenis zaitun, seperti jenis perak memang tampilannya bagus dan lebih mahal harganya.

Untuk zaitun jenis perak ini harganya mulai Rp 700.000 per bibit. Zaitun jenis lain lebih murah. Contohnya, zaitun hijau yang dibanderol Rp 300.000 per bibit. Dalam sebulan, ia bisa menjual 10-15 bibit dengan omzet Rp 7 juta-Rp 10 juta.

sumber : kompas.com

Budidaya Lele Dikolam Terpal


Kolam Terpal

Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam gali maupun kolam semen.

Kolam terpal pertama kali dicoba dan diciptakan oleh Bapak Mujarob, seorang petani di pedesaan wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada tahun 1999.

Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah jenis terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran.

Ukuran terpal yang di sediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang kita inginkan.
Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah.


Lahan yang digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi kurang produktif.

Keuntungan lain dari kolam terpal adalah :
1. Terhindar dari pemangsaan ikan liar
2. Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan pergantian air maupun panen.

Selain itu untuk mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai dengan usia ikan.
3. Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro,
4. Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat tampak bersih, dan seragam.
Budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Budidaya lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele. Budidaya lele terpal juga dapat dijadikan salah satu komoditas unggulan dalam hal budidaya perikanan daerah.

Persiapan Lahan
1. Pengolahan tanah
Sebidang tanah ukuran 2 x 5m dikeruk atau digali sedalam 50 cm, ini penting untuk membantu terpal menahan beban air. Pastikan tanah telah dibersihkan dan harus rata, kemudian di tengah-tengah kolam buatlah cerukan kecil memanjang seperti parit untuk saluran air.
2. Pembuatan rangka bambu
Setelah lahan sudah siap maka buatkanlah rangka dari bambu pada sekeliling kolam setinggi 1m dengan pola seperti pagar, pastikan ukuran rangka adalah 5 x 2 x 1,5m (P x L x T) sehingga pemasangan terpal nantinya akan mudah dengan ukuran yg presisi.
3.Persiapan terpal
Belilah terpal dengan ukuran 5 x 8m, kemudian bersihkan menggunakan air dengan cara menggosoknya dengan lap dan diulang beberapa kali supaya zat-zat kimia pada terpal terbuang, tidak dianjurkan menggunakan sabun.
4. Pemasangan terpal
Pasangkan terpal mengikuti bentuk rangka bambu dengan hati-hati supaya terpal tidak bocor, kemudian lipat bagian pojok terpal mengikuti bentuk rangka, setelah itu isilah dengan air. Rapikan terpal sambil pengisian air berlangsung, ini dapat membantu pemasangan terpal lebih mudah.

Setelah terpal terpasang dengan rapi, selanjutnya ikatkan setiap ujung atau sisi terpal dengan tali rapia yang ditambatkan pada rangka bambu, kemudia bagian dalam kolam terpal dicuci dengan kain atau sikat untuk menghilangkan bau lem atau zat kimia yang dapat mematikan bibit ikan.

Setelah itu kolam dikeringkan selam satu hari, barulah kolam diisi dengan air setinggi 30 cm. Kedalaman tersebut sangat ideal bagi bibit yang sewaktu-waktu bergerak kepermukaan air. Air yang telah diisi dibiarkan selama seminggu.
 Pemupukan kolam
Untuk menciptakan kondisi air yang ideal bagi tempat hidup lele, kita harus membuat pemupukan terlebih dahulu, ini demi mencapai PH air yg sesuai dg kebutuhan lele. Caranya dengan menggunakan kotoran kambing, pertama kita masukan kotoran kambing pada karung sebanyak 15 kg, sebaiknya dibagi dua masing-masing 7,5 kg lalu cemplungkan kedalam kolam, biarkan menggantung dalam air jangan diberi pemberat. biarkan kolam selama 3-7 hari.
Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
- tulang kepala berbentuk pipih
- warna lebih gelap
- gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
- tulang kepala berbentuk cembung
- warna badan lebih cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
Pendederan.
Pembesaran lele hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele berupa :
- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari.
- Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
Manajemen Air.
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

sumber : http://luattah85.blogspot.com

Cara Budidaya Belut Dalam Tong


Cara Budidaya Belut
Pembahasan mengenai cara budidaya belut dalam tong akan dimulai dari persiapan awal hingga masa panen tiba. Tentu dalam hal ini lahan yang tersedia juga sangat dibutuhkan meski tidak membutuhkan lahan yang luas.

Bagaimana cara budidaya belut ini secara lengkapnya, maka berikut bisa teman-teman ketahui secara detail yang disajikan oleh blog Karo Cyber untuk Anda.



1. Perlengkapan

Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
  • Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
  • Paralon
  • Kawat Kasa
  • Tandon sebagai penampung air
  • Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
2. Persiapan dan Teknik Budidaya Belut

Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.

Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
  • Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas.
  • Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
  • Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
  • Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan.
  • Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.
B. Media Tanah

Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  • Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
  • Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
  • Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
  • Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.

C. Media Instan Bokashi

Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
  • Jerami padi (40 persen)
  • Pupuk Kandang (30 persen)
  • Bekatul (20 persen)
  • Potongan batang pisang (10 persen)
Bahan dan campurannya terdiri atas
  • EM4
  • Air Sumur
  • Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:
  • Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
  • Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
  • Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
  • Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi

Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  • Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
  • Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup.
  • Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
  • Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil.
  • Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.

E. Masukkan bibit belut

Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.

3. Perawatan

Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:

a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.

b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.

c. Perawatan Tanaman Air

Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.

d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.

e. Perawatan Disekitar Lokasi

Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.

4. Pemanenan

Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.

sumber : http://karodalnet.blogspot.com

Bioekologi Semut Rangrang



budidaya semut rangrang pictSemut Rangrang, atau Weaver Ant, dengan nama ilmiahnya Oecophylla smaragdina, semut berwarna merah yang agresif . Sifat agresif semut ini kemudian dimanfaatkan orang mengendalikan beberapa spesies hama. Beberapa pengalaman juga membuktikan bahwa semut ini dapat menjadi sumber penghasilan yang cukup menjanjikan.


Bioekologi

Pada umumnya, koloni semut rangrang dimulai oleh seekor betina yang sudah dikawini (haplometrosis), atau sekelompok betina yang sudah dikawini (pleometrosis) (Peeters & Andersen, 1989).

Semut rangrang adalah serangga eusosial (sosial sejati), dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon (arboreal). Mereka membuat sarang yang terbuat dari lembar-lembar daun yang mula-mula saling direkatkan oleh semut-semut pekerja, kemudian diperkuat dengan sutra yang dikeluarkan oleh larvanya. Di dalam sarang dapat ditemukan ratu semut yang berwarna hijau muda kemerah-merahan, dan ribuan semut pekerja berukuran besar (disebut “maksima”) dan berukuran kecil (disebut “minima”). Pekerja maksima bertugas untuk mencari pakan, mempertahankan dan mengelola sarang, dan memperbesar koloni, sedangkan pekerja minima bertugas mengasuh semut-semut muda, dan sekaligus beternak serangga-serangga simbion, misalnya kutu perisai. Perilaku “beternak” ini sering mengkuatirkan petani, karena hal ini berarti juga memelihara “hama potensial” pada tanaman budidaya.

Semut rangrang tidak mengumpulkan pakan di dalam sarangnya, tetapi mendapatkan pakan dengan cara “memerah” cairan manis dari kutu-kutuan atau larva kupu-kupu lycaenid, kemudian membagikannya pada larva di dalam sarang.

sumber : http://semutkroto.blogspot.com

Budidaya Semut Rangrang di Perkebunan


Budidaya Semut Rangrang di Perkebunan pict
Banyak sekali manfaat membudidayakan semut rangrang di perkebunan, hasil ganda akan kita dapatkan dari keberadaan semut-semut ini di pohon-pohon yang kita tanam. Hasil utama adalah panen buah, hasil tambahannya adalah panen kroto, meniadakan biaya insektisida karena sifat semut rangrang yang berperan sebagai predator alami hama.

Biasanya, jenis pohon yang disukai semut rangrang antara lain rambutan, mangga, dan jambu. Semut ini juga senang membuat sarang di pohon jati, sukun, dan mengkudu. Ukuran sarang cenderung mengikuti ukuran daun.

Untuk mencari koloni semut rangrang yang akan digunakan sebagai bibit di perkebunan diperlukan piranti khusus, yang bisa dibuat sendiri. Piranti ini terdiri atas bambu sebagai penyangga dan alat penjaring. Ukuran penyangga cukup berpengaruh terhadap hasil. Makin tinggi ukurannya, makin besar pula hasil yang diperoleh. Alat penjaring terbuat dari kain kasa yang dibentuk seperti kerucut. Alat penjaring digantungkan pada penyangga, dengan menggunakan tali rafia, pada ketiga bagian sisinya. Alat penjaring juga dapat diganti dengan besek, yang bagian tengahnya dibuat runcing. Koloni semut dan kroto yang ada di dalam sarang diambil dengan menggunakan bambu yang ujungnya dipasangi besek tersebut. Ujung yang runcing berfungsi untuk menusuk sarang semut, sehingga telur-telurnya jatuh di besek.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di Delta Mekong, Vietnam, petani yang memelihara semut rangrang di perkebunannya hanya menghabiskan 25- 50% dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian bahan kimia, bila dibandingkan dengan yang tidak memelihara semut, sehingga rata-rata hasil panennya tetap memberikan pendapatan bersih yang lebih tinggi.

Semut rangrang juga tidak hanya bermanfaat pada tanaman buah-buahan. Di Australia, kualitas dan hasil panen mete lebih tinggi pada tanaman yang dihuni semut rangrang dan tanpa menggunakan bahan kimia bila dibandingkan dengan kebun yang menggunakan bahan kimia untuk mengendalikan hamanya.

Selain itu, bubidaya semut rangrang di perkebunan, juga dapat mengasilkan buah organik. Saat ini pandangan orang terhadap buah organik telah berubah, sehingga buah organik memperoleh harga pasar yang lebih tinggi.

Semut ini memiliki cara hidup yang khas, yaitu merajut daun-daun pada pohon untuk membuat sarang. Semut itu menyukai udara segar. Selain perilakunya yang khas dalam membuat sarang, tubuh semut rangrang lebih besar dan perilakunya lebih agresif daripada semut lainnya.

Untuk mengembangkan koloni yang sudah ada di perkebunan, kita berikan jembatan penyeberangan antara pohon yang satu dengan pohon yang lain. Jembatan penyeberangan ini terbuat dari tali atau ranting pohon, sehingga koloni semut rangrang dapat leluasa mencari makanan dan membuat sarang-sarang baru di beberapa pohon.

Agar koloni semut rangrang merasa semakin nyaman dalam lingkungan perkebunan maka pada tiap-tiap pohon diberi tempat atau wadah untuk makanan semut. Secara rutin wadah tempat makanan semut tersebut kita letakkan misalnya tulang sapi, ikan, cacing, serangga, dll untuk mencukupi kebutuhan protein semut-semut sehingga diharapkan akan menghasilkan kroto yang melimpah.

sumber : http://semutkroto.blogspot.com

Budidaya Semut Rangrang di Dalam Bambu



Semut rangrang ini bisa dibudidayakan,secara tradisional maupun secara intensif. Budidaya semut rangrang secara tradisional bisa kita kembangkan dengan memindahkan segerombolan koloni/sarang dari pohon yang satu kepohon yang lainya. dalam budidaya semut rangrang secara intensif yakni dengan memelihara koloni semut rangrang pada sebuah tabung bambu, dan tabung bambu itu ditaruh pada pohon kering atau tongkat yang berada di tengah tengah kolam. Tujuan meletakkan sarang semut di tengah kola adalah agar semut-semut tidak kabur.

Cara pembuatan :

sediakan beberapa potongan bambu yang panjangnya kurang lebih 40 cm (sesuai keinginan), salah satu ujung bambu dilubangi dan sisi lainnya dibiarkan tertutup. Jumlah potongan bambu sebnayak 10 biji(semakin banyak potongan bambu semakin banyak penghasilan kroto dan bibit yang dihasilkan),kayu papan untuk talenan bambu dan papan untuk bertengger itu semut,dan kita bikin tatakan untuk meletakkan tabung-tabung bambu tersebut di kolam, kita bikin di kolam supaya semut tidak kabur,dan tidak diganggu oleh semut beda jenis.

Setelah itu kita taruh papan pada tatakan yang sudah kita buat dan taruh bambu tersebut diatas papan itu....,setelah itu kita pindahkan bibit dari segerombolan semut rangrang bersama ratu ratunya taruh di atas bambu,papan atau langsung kita masukan kedalam tabung bambunya supaya lebih cepat bersarang (tiap sarang pasti memiliki ratu),insya alloh itu semut nyarang didalam bambu.jangan lupa kasih makanan secukupnya,tulang tulang hewan,bangkai apa aja serangga juga mau,sekali kali kasih air gula karena semua semut sangat membutuhkan rasa manis. insya alloh dengan ketelatenan pasti bisa berkembang.

sumber : http://semutkroto.blogspot.com

Kamis, 14 Maret 2013

Budidaya


Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Usaha budidaya tanaman mengandalkan pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam (bahasa Belanda: akkerbouw). Termasuk dalam "tanaman" di sini adalah gulma laut serta sejumlah fungi penghasil jamur pangan.
Budidaya hewan (husbandry) melibatkan usaha pembesaran bakalan (hewan muda) atau bibit/benih (termasuk benur dan nener) pada suatu lahan tertentu selama beberapa waktu untuk kemudian dijual, disembelih untuk dimanfaatkan daging serta bagian tubuh lainnya, diambil telurnya, atau diperah susunya (dairy). Proses pengolahan produk budidaya ini biasanya bukan bagian dari budidaya sendiri tetapi masih dianggap sebagai mata rantai usaha tani ternak itu.
Ada pula hewan yang melakukan budidaya, yaitu beberapa jenis semut dan rayap. Rayap dan semut memelihara beberapa jenis fungi sebagai bahan pakan bagi larvanya. Semut juga diketahui "menernakkan" kutu daun (aphid) untuk mengambil cairan yang dikeluarkan kutu yang dipeliharanya.

sumber : wikipedia.org